Merapah.com, Bandar Lampung – Ancaman perubahan iklim menjadi perhatian serius. Situasi ini jelas mengancam keseimbangan ekosistem global. Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan upaya mitigasi, Kepala BMKG Indonesia, Prof. Dwikorta Kurnawati, Ph.D., bersama Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yayan Ir. Y. Ruhchyansyah, M.Si, dan Climate and Energy Lead WWF Indonesia, Dr. Ari Mochamad, hadir dalam webinar nasional dengan topik “Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana Global serta Lokal”. Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisip Unila menginisiasi webinar nasional tersebut yang berlangsung pada Rabu, 30 April 2025.
El Niño dan Tantangan Prediksi Perubahan Iklim
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dwikorta Kurnawati menjelaskan bahwa fenomena El Niño sangat sulit memprediksinya. “Perubahan iklim bersifat non-linear dan tidak mudah memprediksinya. Untuk itu, kita harus mempelajari dan mengkaji dengan baik, serta mengurangi emisi yang menjadi penyebab utama,” ujar dia.
Menurutnya, langkah-langkah untuk mengatasi perubahan iklim adalah dengan mengurangi sumber emisi dan meningkatkan upaya penghijauan, salah satunya melalui peran hutan yang sangat vital dalam menyerap karbon. “Hutan dan laut adalah dua elemen yang sangat penting dalam penyerapan karbon. Merusak kedua hal ini berarti kita merusak penyerapan karbon,” tegasnya.

Pentingnya Peran Hutan dan Laut dalam Penyerapan Karbon
Lebih lanjut, Prof. Dwikorta menjelaskan bahwa ekosistem laut, atau memiliki istilah karbon biru, seperti terumbu karang, juga berperan besar dalam penyerapan karbon. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keberlanjutan kedua ekosistem ini untuk mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim.
Dampak Perubahan Iklim dan Peran Sektor Pertanian
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Lampung, Yayan Ir. Y. Ruhchyansyah, M.Si, mengungkapkan bahwa perubahan iklim yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh aktivitas manusia, tetapi juga memiliki dampak langsung pada sektor pertanian dan sumber daya alam. “Perubahan iklim mempengaruhi bencana alam, seperti banjir yang terjadi di Tanggamus pada Mei 2024, yang mengakibatkan kerugian materi dan kerusakan di 30 desa,” ujarnya.
Yayan juga menekankan pentingnya upaya rehabilitasi lahan dan hutan untuk meningkatkan cadangan karbon. Ia mengungkapkan bahwa Provinsi Lampung, dengan luas hutan produksi yang cukup besar, menjadi prioritas dalam program pemulihan hutan dan lahan.
WWF Indonesia: Mitigasi Ancaman Perubahan Iklim untuk Ketahanan Masa Depan
Dr. Ari Mochamad dari WWF Indonesia menambahkan, mitigasi perubahan iklim bertujuan mengurangi emisi dan sumber penyebabnya, sedangkan mitigasi bencana bertujuan untuk mengurangi dampak bencana akibat perubahan iklim. “Tidak ada negara yang bisa terbebas dari perubahan iklim. Sementara adaptasi manusia terhadap perubahan tersebut kini jauh lebih lambat. Sementara perubahan iklim terjadi begitu cepat,” kata dia.
Peran Kolaborasi dan Adaptasi untuk Menghadapi Ketidakpastian
Webinar ini juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi perubahan iklim. Menurut Dr. Ari, terdapat tiga cara untuk mengatasi ketidakpastian dalam perubahan iklim, yaitu:
1. Adaptive Management – Mengelola perubahan iklim sebagai proses berkelanjutan yang fleksibel dan terbuka terhadap perkembangan baru.
2. Menjadikan Perubahan Iklim Sebagai Peluang – Melihat perubahan iklim sebagai peluang untuk berinovasi dalam solusi berbasis alam.
3. Pendekatan Adaptasi Berbasis Alam – Fokus pada solusi berbasis ekosistem yang dapat mengurangi dampak perubahan iklim.
Acara yang diadakan secara daring melalui platform Zoom ini berhasil menarik perhatian lebih dari 600 peserta. Peserta berasal dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, praktisi, hingga masyarakat umum. Mereka tampak antusias dan tertarik dengan isu perubahan iklim dan upaya mitigasi bencana.
BACA JUGA: IHT 1 LPM Republica Bekali Anggota dengan Ilmu Jurnalistik
Pentingnya Kerja Sama Lintas Sektor
Dosen FISIP Unila, Dr. Pitojo Budiono, yang juga menjadi salah satu pembicara dalam webinar tersebut, menyampaikan pentingnya pendekatan integratif dalam menangani perubahan iklim. “Perubahan iklim adalah masalah global yang memerlukan kerjasama dari berbagai sektor. Tidak hanya pemerintah, tapi juga masyarakat dan sektor swasta perlu berperan aktif,” ungkap Pitojo dosen Jurusan Ilmu Pemerintah itu.
Pitojo menekankan pentingnya kesadaran kolektif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Sebab, perubahan iklim adalah masalah yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Pengurangan emisi, penghijauan, dan pemeliharaan ekosistem laut dan hutan menjadi langkah penting untuk memastikan kelangsungan hidup dan ketahanan masa depan generasi mendatang.

Jadi Perhatian Berbagai Pihak
Agenda tersebut berhasil mengundang perhatian para akademisi, pemerhati lingkungan, dan masyarakat umum. Harapannya, dapat bersama-sama membahas perubahan iklim ekstrem yang berakibat pada terjadinya bencana.
Aziz Ahmad, Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Unila dan juga moderator acara ini, menyampaikan webinar ini juga bertujuan untuk membangun komitmen dan kemitraan. Seperti pemerintah, akademisi, NGO, dan para pemerhati lingkungan di Bandar Lampung, harus bersama menghadapi perubahan iklim. Para peserta diberikan pemahaman terkait roadmap iklim yang dapat menjadi acuan bagi generasi muda dalam mendukung berbagai sistem penting, termasuk sektor pertanian, penyuluhan, dan transportasi.
, “Perubahan iklim bukan hanya tantangan global, tetapi juga lokal. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki pemahaman yang holistik tentang apa yang bisa kita lakukan, serta melibatkan berbagai pihak dalam merancang kebijakan yang berkelanjutan,” kata Aziz.
Webinar ini diikuti oleh berbagai pihak, termasuk pemerintahan daerah, akademisi, dan masyarakat umum yang menunjukkan antusiasme tinggi terhadap isu perubahan iklim. Kegiatan ini diharapkan dapat membuka wacana baru untuk menciptakan tindakan nyata dalam mengurangi dampak dari ancaman perubahan iklim di tingkat lokal.