Merapah.com – Fitur paylater kini jadi primadona di berbagai aplikasi belanja online dan layanan digital. Sekilas, ini solusi cerdas, kamu bisa punya barang dulu dan bayarnya belakangan. Tapi, di balik kemudahannya, banyak anak muda terjerat dalam pola konsumsi yang tanpa sadar bikin keuangan berantakan.
Menurut data Katadata Insight Center dan Kredivo (2022), lebih dari 60% pengguna paylater adalah generasi muda. Banyak dari mereka menggunakannya bukan untuk kebutuhan pokok, tapi untuk hal-hal konsumtif seperti fashion, makanan, dan hiburan.
Paylater Bikin Belanja Impulsif, Tagihan Menumpuk
Bayangkan kamu beli kaos Rp70 ribu, kopi kekinian Rp30 ribu, lalu tiket konser Rp250 ribu.
“Ah, murah kok. Nanti juga dibayar pas gajian,” begitu biasanya. Tapi kebiasaan ini bisa bikin kamu lupa kalau cicilan kecil-kecil itu bisa menjelma jadi tagihan jutaan.
Rani (23), pengguna marketplace, menceritakan pengalamannya. “Niatnya cuma sekali pakai. Eh, lama-lama jadi ketagihan. Sekarang tiap awal bulan malah pusing lihat tagihan.”
Bunga dan Denda yang Diam-diam Mencekik
Banyak platform menawarkan cicilan 0% di awal. Namun, kalau telat bayar, bunga dan dendanya bisa cukup besar. Bahkan dalam beberapa kasus, bunganya lebih tinggi dari kartu kredit.
Selain itu, notifikasi tagihan akan terus muncul. Kalau telat bayar, bisa saja ada penagihan via telepon atau email yang bikin tidak nyaman.
Ilusi Utang dan Efek Psikologisnya
Fenomena paylater sering menciptakan ilusi utang, di mana pengguna merasa tidak sedang berutang karena tidak ada uang fisik yang keluar saat transaksi. Menurut psikolog keuangan Indra Wibowo, hal ini bisa memicu stres ketika tagihan mulai menumpuk tanpa perencanaan yang jelas (Bisnis.com , 2023).
Studi dari American Psychological Association juga menyebutkan bahwa tekanan akibat utang konsumtif dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti kecemasan dan gangguan tidur.
Bijak Sebelum Checkout
Paylater sebenarnya bisa bermanfaat kalau digunakan dengan bijak. Tapi kamu perlu disiplin dan sadar diri. Tips sederhana:
1.Tanyakan pada diri sendiri: butuh atau hanya ingin?
2.Cek kemampuan bayar sebelum klik “checkout”.
3.Batasi jumlah transaksi paylater dalam sebulan.
4.Gunakan untuk kebutuhan penting saja.
Jangan Membuat Hidupmu Dicicil Terus
Paylater bukan musuh, tapi alat. Kalau dipakai tanpa kendali, bisa berubah jadi jebakan finansial yang pelan-pelan menggerogoti stabilitasmu.
Yuk, lebih bijak dalam belanja. Karena hidup sehat finansial itu dimulai dari keputusan-keputusan kecil termasuk menahan diri dari cicilan impulsif.