Merapah.com – Bandar Lampung – Sejarah Kota Bandar Lampung memotret perjalanan panjang sejak zaman kolonial hingga kota pelabuhan digital masa kini. Fakta terverifikasi berikut merangkum evolusi administrasi, visi pembangunan, dan posisi geografis strategis Bandar Lampung.
Pra‑Kemerdekaan: Fondasi Kota Kembar
Dokumen Staatsblad 1912 No. 462 menegaskan pembentukan Onder Afdeling Telokbetong dengan ibu kota Tanjungkarang. Telokbetong berkedudukan sebagai pusat Keresidenan Lampung. Asisten Demang memimpin dua kota kembar itu dan langsung melapor kepada Hoof van Plaatselijk Bestuur kolonial. Catatan ini menandai fase awal sejarah Kota Bandar Lampung.
BACA JUGA: Biaya Hidup Lampung, Transportasi, dan Kuliner yang Perlu Kamu Tahu
Kolonial Belanda: Dermaga Kopi dan Lada
Belanda memperluas pelabuhan Telokbetong, lalu mengekspor kopi dan lada ke pasar Eropa. Aktivitas dagang menarik pendatang Tionghoa, Arab, serta Eropa. Permukiman multietnis tumbuh di sekitar dermaga, memperkaya arsitektur kolonial di Jalan Ikan Bawal. Ekspor hasil bumi menjadikan Telokbetong motor ekonomi Lampung, memperkokoh sejarah Kota Bandar Lampung sebagai sentra perdagangan.
Pendudukan Jepang dan Kota Madya
Pada 1942, Jepang merebut wilayah Lampung dan menunjuk seorang Sicho untuk memimpin kota Tanjungkarang–Telokbetong. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 1945, dinamika pemerintahan pun berubah.
Pemerintah pusat kemudian menerbitkan UU No. 22 Tahun 1948 yang memisahkan dua kota tersebut dari Kabupaten Lampung Selatan. Sejak saat itu, istilah “Kota Tanjungkarang–Telukbetung” mulai dikenal luas dan menandai babak baru dalam sejarah Kota Bandar Lampung.
Transformasi 1983: Lahirnya Nama Bandar Lampung
Memasuki era 1980-an, laju urbanisasi mendorong perluasan wilayah administratif. Pada 1982, tiga kecamatan—Kedaton, Panjang, dan Sukarame resmi bergabung. Menindaklanjuti hal ini, pemerintah menerbitkan PP No. 24 Tahun 1983 dan menetapkan nama resmi “Bandar Lampung,” yang berarti pelabuhan bagi Lampung.
Reformasi administratif tidak berhenti di situ; melalui SK Wali Kota No. 17 Tahun 1999, penyebutan resmi diubah menjadi Pemerintah Kota Bandar Lampung. Perubahan ini sekaligus memperkuat identitas kota sebagai kawasan maritim yang strategis.
BACA JUGA: Semboyan Lampung: Makna di Balik Identitas Setiap Daerah
Visi dan Misi 2010‑2015
Visi pembangunan berbunyi, “Terwujudnya Kota Bandar Lampung yang aman, nyaman, sejahtera, maju, dan modern.” Enam misi mendukung visi itu:
- Mengembangkan jasa dan perdagangan berbasis ekonomi kerakyatan.
- Meningkatkan kualitas pendidikan, iptek, ketaqwaan, kreativitas seni, dan prestasi olahraga.
- Memperluas layanan kesehatan serta kesejahteraan sosial.
- Membangun birokrasi bersih, profesional, kewirausahaan, dan tata kelola baik.
- Mengelola lingkungan hidup secara berkelanjutan.
- Memperkuat infrastruktur dan sarana kota wisata modern.
Geografi, Demografi, dan Infrastruktur
Bandar Lampung membentang seluas 19.722 hektare pada koordinat 5°20’–5°30′ LS dan 105°28’–105°37′ BT. Berdasarkan data BPS tahun 2015, jumlah penduduk mencapai 1,25 juta jiwa yang tersebar di 20 kecamatan dan 126 kelurahan. Letak geografis yang menghadap langsung ke Teluk Lampung menjadikan kota ini berperan strategis sebagai gerbang utama Pulau Sumatra bagian selatan.
Melihat potensi tersebut, pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur sebagai penopang konektivitas wilayah. Salah satu langkah nyata terlihat dari kehadiran Universitas Lampung yang memperkuat sektor pendidikan, serta Pelabuhan Telukbetung dan Bandara Radin Inten II yang memperlancar mobilitas barang dan orang. Tak hanya itu, Jalan Tol Bakauheni–Terbanggi Besar juga mempercepat arus distribusi logistik antarprovinsi di Sumatra.
BACA JUGA: Tips Mudik Aman: 5 Hal yang Harus Dicek Sebelum Mudik Jauh
Tak hanya dari segi infrastruktur, geliat ekonomi juga terlihat di sektor industri non-migas. Kawasan Panjang dan Telukbetung menjadi pusat pertumbuhan berkat aktivitas produksi makanan, minuman, semen, hingga alat berat. Berdasarkan laporan triwulan I-2024, sektor pengolahan menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 6,51 persen.
Ekonomi, Transportasi, dan Digitalisasi
Sementara itu, dari sisi transportasi publik, Pemkot terus melakukan inovasi. Angkot Suzuki Carry beroperasi dengan sistem trayek warna yang memudahkan mobilitas warga. Terminal Rajabasa dan Terminal Panjang pun melayani ribuan penumpang setiap harinya.
Untuk menjawab tantangan kota modern, pemerintah mengembangkan skema Bus Rapid Transit berbasis “Buy The Service” dan meluncurkan aplikasi BLITS guna memantau lalu lintas secara real-time. Inisiatif-inisiatif ini menandai langkah maju dalam sejarah Kota Bandar Lampung menuju kota yang lebih terintegrasi dan berorientasi layanan publik.
Ruang Publik dan Visi Kota Ramah
Pemkot memperlebar trotoar Ahmad Yani dan Malahayati, memasang kursi, pot bunga, Wi‑Fi, dan lampu dekoratif. Kolaborasi riset Universitas Bandar Lampung menyoroti integrasi kawasan pesisir dan industri guna merealisasikan cita‑cita global port city. Transformasi ruang publik ini memperkaya bab terakhir sejarah Kota Bandar Lampung.
BACA JUGA: Wajah Asli Mr. Swirl Sang Predator Anak Terkuak Berkat Teknologi Mengejutkan Dunia
Sejarah Kota Bandar Lampung menapaki fase Onder Afdeling, kota kembar, hingga metropolis pelabuhan digital. Pemerintah mendorong industri non‑migas, transportasi massal, jaringan jalan‑rel terpadu, serta penataan ruang publik. Dengan identitas maritim dan kebijakan progresif, Bandar Lampung meneguhkan statusnya sebagai gerbang utama Sumatra Selatan ke pasar global.