Merapah.com – Warga Indonesia mulai banyak menggunakan kecerdasan buatan (AI) sebagai pengganti psikolog. Fenomena AI gantikan psikolog ini terlihat dari survei Snapcart pada April 2025 terhadap 3.611 responden. Sebanyak 58% responden menilai AI berpotensi menggantikan peran psikolog dalam memberi bantuan psikologis. Penggunaan AI meningkat karena praktis, aman, dan murah.
Masyarakat Nilai Biaya Konsultasi Psikolog Terlalu Mahal
Masyarakat mulai beralih ke AI karena menilai biaya konsultasi psikolog terlalu mahal. Sebanyak 39% responden memilih AI karena dapat mengaksesnya secara gratis atau dengan biaya lebih murah. Banyak orang membutuhkan bantuan mental, tetapi mereka tidak mampu membayar layanan profesional secara rutin. Karena itu, mereka menjadikan AI sebagai solusi yang lebih mudah diakses tanpa harus datang langsung ke psikolog.
BACA JUGA: Cek Pantauan CCTV Bandar Lampung Cuma Lewat HP!
Pengguna Menilai AI Lebih Aman Menjaga Kerahasiaan
Selain soal biaya, para pengguna juga mempertimbangkan privasi saat memilih layanan psikologis. Sebanyak 27% responden merasa lebih nyaman bercerita kepada AI daripada kepada manusia. Mereka percaya AI dapat menjaga kerahasiaan dengan lebih baik dan tidak membocorkan informasi kepada pihak lain. Pengguna juga menilai AI tidak akan menyebarkan atau menyalahgunakan data pribadi yang mereka berikan.
Sebagian Responden Menilai AI Responsif dan Tidak Menghakimi
Sebanyak 11% responden mengaku bahwa AI membantu mereka menyelesaikan masalah psikologis secara efektif. Melalui aplikasi atau chatbot, AI memberikan solusi praktis berdasarkan keluhan yang mereka sampaikan. Banyak dari mereka merasa AI merespons cepat dan tidak menghakimi. Meskipun tidak sempurna, pengguna tetap mengandalkan AI untuk mengatasi masalah ringan hingga sedang, terutama saat bantuan profesional sulit dijangkau.
AI Tidak Menghakimi dan Responsif
Sebagian orang memilih AI karena tidak merasa dihakimi saat menyampaikan masalah pribadi mereka. Sekitar 10% responden menyukai AI gantikan psikolog karena merespons secara netral tanpa memberikan penilaian moral. Hal ini memberi kenyamanan psikologis saat pengguna mengalami tekanan atau rasa malu. AI juga responsif dan bisa memberi saran langsung tanpa harus menunggu jadwal konsultasi.
BACA JUGA: Brain Rot dari Konten Receh: Sebabkan Otak Rusak
AI Membantu Pecahkan Masalah Emosional
Sebanyak 11% responden merasa AI membantu mereka menyelesaikan masalah psikologis dengan efektif. Pengguna memanfaatkan aplikasi atau chatbot berbasis AI untuk mendapatkan solusi praktis sesuai keluhan yang mereka sampaikan. Meskipun AI belum sempurna, banyak orang menganggapnya cukup membantu dalam menangani masalah ringan hingga sedang. Mereka memilih teknologi ini saat kesulitan menjangkau bantuan profesional atau ketika layanan tersebut tidak tersedia.
Tingkat Kepercayaan terhadap AI Masih Terbagi
Meski banyak yang mulai menggunakan AI, tidak semua percaya sepenuhnya pada kemampuannya.
Sebanyak 58% responden masih netral soal keandalan AI sebagai pengganti tenaga profesional.
Namun, 27% mengaku percaya dan 13% sangat percaya pada AI sebagai pendamping mental.
Kepercayaan ini meningkat seiring perkembangan teknologi dan pengalaman pengguna yang makin positif.
AI Gantikan Psikolog sebagai Solusi Alternatif, Bukan Pengganti Utama
Fenomena “AI gantikan psikolog” menunjukkan pergeseran pola masyarakat dalam mencari bantuan psikologis.
Namun, AI sebaiknya digunakan sebagai pelengkap, bukan pengganti sepenuhnya bagi psikolog manusia.
BACA JUGA: Mengapa Business Plan Sangat Penting untuk Kesiapan Bisnis?
Kasus yang kompleks tetap memerlukan pendampingan langsung dari tenaga profesional berlisensi.
Keseimbangan antara teknologi dan pendekatan manusia penting untuk menjaga kesehatan mental masyarakat.