Merapah.com – Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April menjadi momentum untuk merefleksikan perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak pendidikan dan kesetaraan bagi perempuan. Bagi generasi muda, terutama perempuan Gen Z, Hari Kartini memiliki makna mendalam dan menjadi pengingat penting untuk terus melangkah, bersuara, dan berkarya.
Jadilah Wanita Tangguh dan Berdampak

Branch Manager BTN Syariah Bandar Lampung, Asti Kumala Putri S.E., M.Si, CPM (Asia), mengungkapkan bahwa menjadi perempuan di dunia profesional bukan hanya soal menampilkan karya terbaik.
“Tapi juga tentang keberanian melawan stigma, ketangguhan menghadapi bias, dan konsistensi untuk terus melangkah, meski kadang dipertanyakan, bahkan diragukan,” kata Asti kepada Merapah.com, Selasa (23/4/2024).
Asti bersyukur menjadi bagian dari Srikandi BUMN, tempat yang memberikan ruang bagi perempuan untuk tumbuh dan berdampak. Ia mengajak para Kartini Gen Z untuk tetap percaya pada mimpi dan terus menghidupi visi, meski belum semua orang memahami.
“Kartini tidak menunggu zamannya berubah. Dia menulis, dia bersuara. Hari ini giliran kita,” ujarnya.
BACA JUGA: 7 Fakta Sejarah yang Ternyata Salah Kaprah Selama Ini!
Makna Hari Kartini: Bentuk Syukur Perjuangan Tokoh

Sementara itu, praktisi PR dan CSR, Syifa Hidayati, menilai Hari Kartini sebagai bentuk syukur atas perjuangan tokoh emansipasi tersebut. “Kartini membuka kesempatan bagi perempuan untuk mengenyam pendidikan. Peran perempuan sangat penting, baik dalam keluarga maupun dalam membangun peradaban bangsa,” jelas Syifa.
Ia juga mengajak perempuan untuk menyadari kemuliaan yang telah Tuhan anugerahkan. “Jadikan kehadiranmu berarti. Bangun kebaikan lewat karya dan kontribusi nyata,” tegasnya.
Momentum Hari Kartini tahun ini menjadi pengingat bahwa perempuan Indonesia, termasuk Gen Z, memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan positif di berbagai lini kehidupan.
Sepak Terjang R.A. Kartini
Raden Ajeng Kartini adalah tokoh emansipasi perempuan Indonesia yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Ia berasal dari keluarga bangsawan Jawa dan memiliki akses terhadap pendidikan, sesuatu yang saat itu sangat langka bagi perempuan.
1. Perjuangan melalui pendidikan
Kartini menyadari bahwa keterbelakangan perempuan saat itu disebabkan oleh kurangnya akses pendidikan. Meski hanya bersekolah sampai usia 12 tahun karena tradisi pingitan, ia tetap belajar secara otodidak dan melalui korespondensi dengan teman-temannya di Belanda.
2. Menulis surat dan pemikiran visioner
Dalam surat-suratnya kepada sahabat pena, ia menuangkan pemikirannya tentang kesetaraan gender, kebebasan berpikir, serta pentingnya pendidikan bagi perempuan. Surat-surat ini kemudian dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.
3. Mendirikan sekolah untuk perempuan
Kartini mendirikan sekolah bagi anak-anak perempuan di Jepara, tempat ia mengajarkan membaca, menulis, dan keterampilan rumah tangga. Tujuannya adalah agar perempuan bisa mandiri dan berperan aktif dalam masyarakat.
4. Warisan perjuangan
Meskipun Kartini wafat pada usia muda (25 tahun), gagasannya menjadi fondasi perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia. Pemerintah Indonesia kemudian menetapkan tanggal lahirnya, 21 April, sebagai Hari Kartini.
Kartini bukan hanya simbol perjuangan perempuan, tapi juga pemikir yang berani melawan norma sosial zamannya demi masa depan yang lebih adil dan setara.