Merapah.com, Bandar Lampung – Mitra Bentala dorong penguatan kelompok masyarakat pesisir melalui kegiatan sosialisasi bertajuk “Temporary Waste Storage Facility – Maintenance Basecamp Kesatu, Kedua, dan Ketiga”
Pelaksanaan di Basecamp Bank Sampah Kota Karang (BASKORA), Kelurahan Kota Karang, Kota Bandar Lampung, pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Kegiatan ini berlangsung dari pukul 09.00 hingga 15.00 WIB, menghadirkan sekitar 40 peserta, terdiri atas 12 perempuan dan 38 laki-laki.
BACA JUGA: Kemkomdigi Dorong Penguatan Komunikasi Krisis dan Tata Kelola Program MBG di Lampung
Sosialisasi tersebut merupakan tindak lanjut dari usulan masyarakat setempat sekaligus bagian penting dari upaya penguatan kapasitas warga dalam melindungi dan mengelola ekosistem pesisir yang semakin rentan terhadap ancaman lingkungan.
Mitra Bentala Dorong Penguatan Kelompok Masyarakat Pesisir
Melalui kegiatan ini, Mitra Bentala berupaya memperkuat kemampuan masyarakat lokal agar mampu menjadi garda depan dalam pengelolaan mangrove.
Acara tersebut juga menjadi ajang tukar pengetahuan, berbagi strategi, dan membangun komitmen kolektif untuk menjaga kelestarian lingkungan pesisir.
Dalam sesi utama, Andi Sofiyan atau akrab disapa Aan, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) sekaligus praktisi pengelolaan mangrove Sidodadi, hadir sebagai narasumber.
Ia membagikan berbagai strategi pengembangan mangrove berbasis potensi lokal dan menekankan pentingnya semangat perubahan dari dalam diri masyarakat.
“Keberhasilan pengelolaan mangrove bergantung pada konsistensi tujuan, kemauan untuk terus belajar, serta kolaborasi terbuka dengan pihak luar seperti mahasiswa, peneliti, dan lembaga pendukung,” jelasnya.
Aan juga mengingatkan agar masyarakat melihat kekuatan dari potensi lokal, mulai dari ekosistem, kekompakan warga, hingga semangat untuk menjadikan cemoohan sebagai energi perubahan.
Menurutnya, Kelurahan Kota Karang memiliki peluang besar untuk mengembangkan kawasan pesisirnya melalui potensi bank sampah, lokasi penyemaian mangrove, dan wisata edukatif berbasis ekosistem.
BACA JUGA: Bambang Irawan Dorong Inovasi Humanis Lewat Program Jaksa Sahabat Anak dan Smart Datun
“Tema eco-tourism sangat relevan dan berpotensi besar untuk sukses jika dikelola dengan baik,” tambahnya.
Legalitas dan Kolaborasi Jadi Fondasi
Hasil diskusi menunjukkan bahwa legalitas kelembagaan kelompok menjadi aspek penting untuk memperkuat keberlanjutan program.
Peserta sepakat agar kelompok masyarakat segera mengurus Surat Keterangan (SK) dari Lurah, lalu mendaftarkannya ke Dinas Lingkungan Hidup. Langkah ini akan membuka akses kelompok terhadap program-program lingkungan di masa depan.
Selain itu, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam mempercepat pengembangan kawasan mangrove yang berkelanjutan.
Mitra Bentala menilai, penguatan jaringan antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendukung dapat menciptakan perubahan nyata di tingkat lokal.
Sejak 26 September 2025, Mitra Bentala bersama pihak Kelurahan membentuk Kelompok Peduli Mangrove Kota Karang yang kini memiliki 12 anggota aktif dan telah memenuhi standar operasional kehutanan.
Keberadaan kelompok ini menjadi bukti bahwa masyarakat pesisir mampu menjadi agen pelindung ekosistem mangrove di wilayahnya.
Tantangan Sampah Plastik di Akar Mangrove
Meski semangat warga tinggi, peserta juga menyuarakan kekhawatiran terhadap kondisi mangrove di wilayah mereka.
Tumpukan sampah plastik yang terjebak di akar-akar mangrove menjadi simbol nyata dari krisis pencemaran laut.
BACA JUGA: Informa Lampung Sudirman Gelar Event Sosial Donor Darah & Diskon WOW 50%
Sampah tersebut tidak hanya merusak estetika kawasan, tetapi juga menghambat pertumbuhan bibit mangrove dan mengganggu habitat biota laut.
Mitra Bentala menegaskan bahwa menjaga mangrove berarti menjaga kehidupan. Upaya sederhana seperti sosialisasi ini menjadi titik awal menuju perubahan besar di masa depan.
Wujud Nyata Kontribusi terhadap SDGs
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada pelatihan teknis, tetapi juga menjadi bentuk nyata kontribusi lokal dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Upaya ini berperan langsung dalam menangani perubahan iklim (SDG 13), menjaga ekosistem laut (SDG 14), melestarikan ekosistem daratan (SDG 15), dan mendorong pola konsumsi serta produksi yang lebih bertanggung jawab (SDG 12).
“Melalui forum sederhana ini, Kelurahan Kota Karang membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari ruang kecil dengan semangat besar,” ujar salah satu peserta.
Tindak Lanjut Program
Sebagai tindak lanjut, Mitra Bentala akan melaksanakan beberapa langkah strategis, antara lain:
1. Peningkatan Kesadaran dan Pengetahuan Masyarakat
Kegiatan ini mendorong masyarakat memahami fungsi ekologi mangrove sebagai pelindung lingkungan di Kota Karang. Warga diajak menjaga kelestarian dan keberlanjutannya melalui tindakan nyata.
2. Pemahaman dan Penerapan Materi
Warga didorong memanfaatkan sumber daya mangrove secara bijak dan mengurangi sampah plastik di pesisir. Langkah ini memperkuat pengelolaan mangrove yang berkelanjutan.
Suara dan Harapan dari Lapangan
Asnah, perwakilan dari Bank Sampah Baskora, menyampaikan harapannya agar potensi mangrove dapat dimanfaatkan secara lebih kreatif.
Ia menilai, hutan bakau memiliki peluang besar untuk diolah menjadi berbagai produk bernilai guna, seperti makanan, obat, dan hasil olahan lainnya.
“Jenis bakau (Avicennia sp.) yang tumbuh di Kelurahan Kota Karang bisa dimanfaatkan dengan baik. Namun, agar pemanfaatannya berkelanjutan, diperlukan pendampingan secara berkala,” ujarnya.
Sementara itu, Alimuddin dari Kelompok Peduli Mangrove Kota Karang mengapresiasi praktik pengelolaan mangrove di Sidodadi.
“Proses pengembangan wisata di Sidodadi sangat inspiratif, mulai dari perencanaan, konsep, sampai realisasinya. Kami yang sudah memiliki mangrove ini sangat membutuhkan mentor agar Kota Bandar Lampung memiliki ekowisata yang tertata dengan baik,” katanya.
BACA JUGA: Petani Cor Badan Tuntut Reforma Agraria, Desak Presiden Turun ke Lapangan
Mashabi, selaku Koordinator Program, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi ajang pembelajaran dan promosi bagi masyarakat.
“Kegiatan ini merupakan ajang pembelajaran sekaligus promosi bahwa mangrove Kelurahan Kota Karang saat ini menjadi topik utama di Provinsi Lampung. Langkah ini bertujuan memastikan masyarakat terus mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola hutan mangrove secara berkelanjutan di masa depan,” jelasnya.
Semangat Kolaboratif Sebagai Bentuk Kepedulian
Melalui kegiatan ini, Mitra Bentala dorong penguatan kelompok masyarakat pesisir agar lebih mandiri dan berdaya dalam menjaga lingkungan. Inisiatif tersebut menunjukkan bahwa gerakan lokal mampu memberi dampak global.
Dengan semangat kolaboratif, Kelurahan Kota Karang kini menjadi contoh nyata bahwa pelestarian ekosistem mangrove tidak hanya melindungi lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi warga.









